Tradisi di Jawa Barat
Jawa barat,dengan kekayaan alam dan budayanya yang melimpah, memiliki sejumlah tradisi daerah Jawa Barat yang telah diwariskan turun-temurun.Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi identitas masyarakat Jawa Barat, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat akar budaya Sunda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi adalah adat atau kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang dan masih dilestarikan oleh masyarakat.
Nyalin adalah salah satu upacara kebiasaan masyarakat agraris di beberapa ᴡilayah Jaᴡa Barat yang diᴡariskan secara turun temurun sekaligus sebagai wujud penghormatan pada tanaman padi.Selain itu, upacara ini dilakukan sebagai ᴡujud rasa syukur atas nikmat dan kesempetan yang diberikan oleh Tuhan untuk mengolah sawah atau huma sampai waktu panén tiba. Tujuan utama kegiatan ini adalah menuai padi untuk dijadikan indung paré yang diikuti dengan upacara berikut menyediakan berbagai barang-barang untuk keperluan menghormati Dewi Sri atau menurut kepercayaan urang Sunda disebut Nyi Pohaci Sanghyang Sri.Sebelum berlangsungnya upacara nyalin terlebih dahulu harus dibuat saung sanggar untuk menyimpan barang-barang yang diperlukan dalam upacara.Saung sanggar ini dibuat untuk mengundang, menyambut, dan nyalinan Deᴡi Sri sebelum diambil atau dipanén.Dalam upacara ini, padi dijadikan simbol perempuan suci yang berasal dari langit (Sanghyang Sri) turun ke bumi (berganti jadi Nyi) untuk menggugah rasa, sari (cahaya), kuasa, dan memajukan umat manusia.Upacara ini merupakan pengaruh agama hindu yang terlebih dahulu masuk ke suku Sunda dan dilaksanakan satu tahun satu kali dan dilaksanakan secara individu.Ciri kepercayaannya adalah keyakinan adanya hyang dan déwa.
Tembuni sendiri berarti plasenta bayi atau biasa juga disebut dengan ari-ari. Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tembuni merupakan saudara bayi sehingga tak boleh dibuang secara sembarangan dan harus dilakukan melalui ritual khusus saat mengubur atau Ketika menghanyutkannya.
Botram adalah salah satu tradisi khas masyarakat Sunda yang merepresentasikan nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan harmoni sosial. Istilah botram merujuk pada kegiatan makan bersama yang biasanya dilakukan di alam terbuka, seperti di sawah, kebun, atau pinggir sungai.
Upacara seren taun adalah ungkapan syukur dan doÔÇÖa masyarakat sunda atas suka duka yang mereka alami terutama di bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan tahun yang akan datang. Seren taun dilaksanakan setiap tanggal 22 Bulan Rayagung sebagai bulan terakhir dalam perhitungan kalender sunda.
Bagi masyarakat Sunda, tradisi Munggahan memiliki makna khusus sebagai sarana penyucian diri. Meskipun tradisi ini bukan bagian dari ajaran agama secara langsung, namun memiliki nilai-nilai positif untuk mempererat silaturahmi, meningkatkan interaksi sosial, dan membuka pintu maaf antar sesama.
https://m.kumparan.com/sejarah-dan-sosial/5-tradisi-daerah-jawa-barat-yang-tak-pernah-mati-23VdFoMbVZh
Komentar
Posting Komentar